Monday, April 29, 2013

Metode Penilaian Kinerja Individual



                  Pada umumnya, orang-orang biasanya menggunakan metode perbandingan dan cenderung membandingkan satu individu dengan individu lainnya pada saat melakukan perbandingan penilaian kinerja. Namun hal tersebut sering kali menimbulkan masalah dan mempunyai sedikit sekali manfaat dalam pengembangan karyawan. Maka dibuatlah metode penilaian kinerja individu yang memiliki standar yang telah ditentukan untuk menghindari kesalahan.
                  Ada beberapa macam bentuk dari metode penilaian kinerja individual, yaitu:
1.        Graphic Rating Scale
2.        Forced-Choice Scale
3.        Behavior Checklist

1. Graphic Rating Scale
       Menilai sejauh mana derajat perilaku yang diperlihatkan oleh orang yang dinilai
       Derajat perilaku tersebut ditunjukkan dengan angka, kata sifat, atau kalimat penjelasan pendek
       Jika menggunakan angka, skala penilaian ditunjukkan dari angka 1 sampai 5. Dimana angka 1 menunjukkan nilai terburuk dan angka 5 menunjukkan nilai terbaik
       Graphic Rating Scale memiliki bentuk perbaikan yang dinamakan dengan Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)
                  a. Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)
       Mematokkan angka graphic rating scale dengan perilaku (behavior) tertentu untuk membantu penilai membuat penilaian
       Patokan tersebut merupakan perilaku yang diharapkan dari karyawan pada tingkat pekerjaan tertentu maka BARS terkadang dinamakan dengan behavioral expectation scale (BES)
       Pengembangan BARS dimulai dengan Critical Incident oleh Flagan (1954)

Kelebihan:
       Menurut Benardin dan Smith (1981) metode ini membantu standarisasi pengamat kinerja dan penilaian kinerja
       Metode ini berbasis perilaki. Sistem pada BARS benar-benar terfokus pada kinerja karyawan. Idealnya, menghapus semua ketidakpastian tentang arti dari setiap nilai numerik.
       Sangat mudah untuk digunakan. Indikator perilaku yang jelas membuat proses lebih mudah bagi manajer untuk melaksanakan dan karyawan untuk menerima.
       Adil. Dengan penekanan pada perilaku, proses evaluasi datang di sebagai adil.
       Ini sepenuhnya individual. Dari sudut pandang konsistensi dalam perusahaan, BARS dirancang dan diterapkan secara individual dan unik untuk setiap posisi.
       Ini berorientasi pada tindakan. Dengan pemahaman tentang harapan kinerja yang spesifik dan standar keunggulan, karyawan dapat lebih mudah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja mereka, dan mereka lebih cenderung untuk melakukannya sebagai hasilnya.

Kekurangan:
  • ·      Proses menciptakan dan menerapkan BARS memakan waktu, sulit, dan mahal. Setiap bentuk BARS harus dibuat dari awal untuk setiap posisi dalam perusahaan.
  • ·      Kadang-kadang perilaku terdaftar masih tidak mencakup tindakan tertentu yang diperlukan dari karyawan, sehingga manajer dapat mengalami kesulitan seperti menulis rating.
  • ·      Butuh pemeliharaan tinggi. Pekerjaan dapat berubah seiring waktu, yang berarti bahwa BASs membutuhkan tingkat tinggi pemantauan dan pemeliharaan.
  • ·      Menuntut manajer. Agar berhasil melakukan BARS evaluasi, manajer membutuhkan informasi rinci mengenai tindakan karyawan mereka. Mengumpulkan data tersebut bisa sangat memakan waktu, dan banyak manajer akhirnya membiarkan tahap ini.



2. Forced-Choice Scale
       Mengharuskan penilai memilih satu dari dua (atau dua dari empat) kalimat yang paling memberikan penjelasan mengenai orang yang dinilai

3. Behavior Checklist (Daftar Perilaku)
       Mengharuskan pengamat untuk mencatat, bukan menilai perilaku
       Daftar perilaku ini memberikan karyawan umpan balik (feedback) apa yang harus dilakukan utk memperbaiki kinerja mereka





Monday, April 15, 2013

Pendidikan Anak Usia Dini








Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

            Pendidikan adalah bagian penting dari kehidupan manusia yang ditandai dengan adanya proses belajar. Proses belajar tersebut hendaknya dilakukan pada anak dengan usia dini. Memberikan anak pendidikan anak di usia dini dapat dilakukan dengan cara formal maupun informal. Cara formal adalah dengan mengikuti pembelajaran di TK (Taman Kanak-Kanak) dan pendidikan setara. Sedangkan cara informal adalah dengan memberikan anak pendidikan di rumah yang mendasar seperti yang diajarkan di TK.
            Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memang sudah ada di Indonesia sejak lama. Namun, orang tua dan pihak-pihak lain tidak begitu mengerti dan cenderung meremehkan PAUD ini, sehingga ada beberapa orang tua yang tidak memberikan pendidikan pada anaknya pada usia dini.
            Baru-baru ini, para ahli di bidang pendidikan dan pemerintah menyadari pentingnya Pendidikan pada Anak Usia Dini (PAUD). Karena PAUD ini adalah tahap penting bagi perkembangan kognisi anak, maka pihak pemerintah khususnya bagian Kemendiknas mulai membuat dan melaksanakan program PAUD yang baru guna mengembangkan sistem PAUD yang lebih baik di Indonesia.
            Sebelum saya menjelaskan sistem PAUD pada masa kini, ada baiknya jika kita mengetahui apa landasan dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan teori-teorinya.

Landasan PAUD
            Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.  Pendidikan yang dilaksanakan merupakan proses sepanjang hayat, di mana proses pendidikan harus dilakukan secara terus menerus dari usia 0 tahun sampai manusia itu meninggalkan dunia.


Teori Belajar Anak Usia Dini

a. Menurut Montessori (1966)
             Menyatakan bahwa lingkungan atau alam sekitar yang mengundang anak untuk    menyenangi pembelajarannya. 

b.    Menurut Mayke (1995)
            Menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.

c.    Teori Kognitif
            Belajar adalah proses diperolehnya pemahaman. Belajar merupakan proses mental yang aktif untuk memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.
  •      Teori Perkembangan Kognitif (Vygotsky dan Piaget)

Perkembangan terjadi menurut urutan secara teratur. Anak adalah pribadi aktif dalam proses perkembangannya. Pengetahuan anak secara bertahap dikonstruksi (dibentuk) saat berlangsungnya pengalaman sehingga berkembang pemahaman informasi yang dialami. Pengetahuan berubah sepanjang waktu dengan mengolah informasi baru melalui asimilasi dan akomodasi tersebut ke dalam struktur pengetahuan yang ada (skema). Perkembangan kognitif : tahap sensorikmotorik, praoperasional, operasi konkret, dan operasional formal.

Ada pula beberapa pandangan para ahli mengenai pendidikan anak usia dini, yaitu:
  •          Pandangan Pestalozzi

Menurutnya, anak dilahirkan dalam keadaan bersih. Perkembangan manusia terjadi dalam desain alam dan terbentuk oleh kekuatan-kekuatan luar. Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa keberhasilan belajar dalam satu tahap perkembangan merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan belajar di tahap berikutnya. Oleh karena itu, ia berkesimpulan bahwa pendidikan anak merupakan hal penting yang berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa depannya.

  •        Pandangan Froebel

Froebel mewujudkan ide-idenya dalam pendidikan anak dengan mendirikan lembaga pendidikan Froebel. Ia lebih menfokuskanpada konsep pendidikan anak sebagai alat reformasi sosial. Ia menyiapkan program pendidikan pra-sekolah sebagai sarana untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang lebih baik di masa depan. Anak dilahirkan dengan pembawaan yang baik, sehingga tugas lembaga pendidikan untuk mengarahkan anak pada kehidupan masa depan yang lebih baik, dengan mendorong kemampuan untuk mencipta dan berkreasi.


PAUD pada Masa Kini
    Dari beberapa sumber yang saya dapat, sistem PAUD yang akan berlaku maupun yang sudah diberlakukan adalah sebagai berikut:
  1.       Lebih bertujuan untuk mengembangkan kognisi dan bahasa pada anak, seperti mulai mengajarkan anak untuk mulai menulis dan membaca dengan tujuan agar anak tidak kesulitan ketika memulai pendidikan formal (SD)
  2.     Mengajarkan murid untuk mengenal dan menggunakan teknologi
  3.     Memberikan buku cerita bergambar untuk melatih anak untuk membaca dan mengembangkan kreativitasnya.
  4.         Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar. Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya sehingga anak belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran yang dialami anak akan menjadi lebih menarik, menyenangkan (fun learning), bermakna dan tidak membosankan.
  5.         Sistem PAUD menekankan pada pendidikan rohani dan belajar untuk mengenal dan mencintai sekitarnya. Karena pendidikan usia dini dianggap adalah saat yang tepat untuk mengenalkan anak-anak untuk mencintai Agama, mencintai Rasulnya,mencintai kitab sucinya, guru dan orang tuanya.
  6.      Memberikan Bantuan Operasional yang bertujuan memperluas dan meningkatkan layanan PAUD bagi anak usia 0 – 6 tahun, dengan prioritas anak dari keluarga kurang mampu, berkebutuhan khusus, dan layanan khusus.


Apakah metode PAUD pada masa ini sesuai atau tidak bagi anak?
  •            Menurut saya, metode PAUD ini sudah cukup baik bagi anak usia dini. Namun, karena PAUD adalah pendidikan yang diberikan pada anak usia 0-6 tahun, maka perlu ditekankan bahwa proses pembelajaran pada anak akan menjadi lebih efektif jika disesuaikan dengan tahap perkembangan dan usianya. Akan sangat berbeda perkembangan baik kognisi maupun fisik anak berusia 0-3 tahun dengan anak yang berusia 4-6 tahun  
  •          Kita dapat menggunakan acuan dengan menggunakan teori kognitif Piaget dan Vygotsky yang menyatakan adanya tahapan perkembangan kognisi pada anak, seperti tahap sensorikmotorik, praoperasional, operasi konkret, dan operasional formal.
  •          Saya juga setuju pada pendapat Mayke (1995) yang menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Jadi saya menyarankan untuk metode PAUD alangkah baiknya jika kita menggunakan sistem bermain yang terkontrol bagi anak usia dini yang bertujuan agar anak lebih mengenal lingkungan, dapat bereksplorasi dengan baik, dan dapat belajar untuk memecahkan masalahnya dengan cara bermain yang tidak dipaksakan.
  •         Pendidikan dalam bidang kesenian juga diperlukan bagi anak usia dini, agar dapat meningkatkan kreativitasnya dan agar murid tidak bosan terhadap pembelajaran yang monoton.