Wednesday, April 10, 2013

Kelekatan Anak dan Orang Tua/Pengasuh



Mengembangkan kelekatan
         Kelekatan (attachment) adalah ikatan emosional menetap yang kuat, bertimbal balik antara bayi dan pengasuh (orang tua), dan berperan penting dalam kualitas hubungan tersebut. Kelekatan tersebut dapat dikembangkan oleh bayi melalui interaksinya terhadap pengasuh dan sebaliknya.
Pola Kelekatan
         Kelekatan pertama sekali dikemukakan oleh John Bowlby pada tahun 1951 dan kemudian dijelaskan lagi oleh mahasiswa Bowlby yaitu Mary Ainsworth. Bowlby yakin terhadap pentingnya kelekatan antara bayi dan orang tua terutama ibu dan menghindari perpisahan antara ibu-bayi tanpa memberikan pengasuh pengganti yang tepat. Hal yang meyakinkan Bowlby akan hal tersebut dikarenakan hasil dari penelitian terhadap hewan dan pengamatan terhadap anak-anak dengan gangguan di klinik psikoanalisa di London. Bowlby mengatakan bahwa dalam interaksinya, anak mengembangkan kesadaran berdasarkan dua sikap yang penting. Sikap yang pertama adalah evaluasi mengenai diri sendiri (self esteem), dan sikap yang kedua adalah sikap mengenai kepercayaan dan harapan terhadap orang lain (interpersonal trust). Sedangkan Ainsworth mengembangkan teknik situasi asing (strange situation) yaitu teknik adalah situasi terkontrol yang dilakukan untuk mengetahui pola kelekatan antara bayi dengan orang dewasa dan ibu dari bayi tersebut. Dari hasil situasi asing (strange situation) tersebut, Ainsworth dan rekannya menemukan tiga pola kelekatan yang bersifat universal, yaitu: kelekatan aman (secure attachment), kelekatan menghindar (avoidant attachment), dan kelekatan ambivalen-resistan (ambivalen-resistant attachment). Ada penelitian lain (Main & Solomon, 1986) yang menemukan pola kelekatan baru, yaitu kelekatan tidak teratur-tidak terarah (disorganized-disoriented attachment)
a)    Pola Kelekatan Aman (secure attachment) : pola dimana anak menangis atau protes ketika ibu meninggalkannya dan menyambut dengan gembira ketika ibu datang kembali. Anak tersebut menanggap orang tua (pengasuhnya) merupakan secure base, dimana anak akan merasa nyaman.
b)   Pola Kelekatan Menghindar (avoidance attachment) : pola dimana anak memiliki sedikit interaksi dengan pengasuhnya. Anak cenderung tidak menangis ketika ibu meninggalkannya tetapi menghindar ketika ibu kembali. Anak dengan pola ini cenderung tidak menghampiri ibunya ketika membutuhkan sesuatu. Anak mengungkapkan rasa tidak aman yang dirasakannya dengan cara menghindar.
c)   Pola Kelekatan Ambivalen-Resistan : pola dimana anak menjadi gelisah sebelum ibu pergi dan menjadi sangat marah ketika ibu meninggalkannya.
d)   Pola Kelekatan tidak teratur-tidak terarah (disorganized-disoriented attachment) : bayi dengan pola ini tampak tidak memiliki strategi yang terorganisasi untung menghadapi stress pada strange situation. Bayi menunjukkan tidak teratur-tidak terarahnya dengan mencari kedekatan dengan orang lain bukan dengan ibunya dan mereka terkadang tampak bingung dan takut.
Bagaimana Kelekatan Terjalin                                           Ainsworth dan Bowlby memberikan usul bahwa bayi membangun suatu “model kerja (working model)” tentang apa yan diharapkannya dari ibu. Perasaan aman bayi dapat berubah jika ibu memberikan respon lain ataupun tingkah laku ibu yang berbeda dari biasanya.                                   Model kerja pada kelekatan ini berhubungan dengan konsep basic-trust Erikson. Kelekatan aman mencerminkan rasa percaya sedangkan kelekatan taka man menunjukkan rasa tidak percaya.
Berbagai Metode Baru untuk Penelitian Kelekatan                              Beberapa peneliti mencari metode baru untuk penelitian kelekatab dikarenakan adanya peneliti yang mempertanyakan validitas dari metode strange situation. Karena metode tersebut dianggap sangatlah aneh, ibu diminta untuk tidak memulai interaksi dan berulang kali meninggalkan bayi bersama orang asing dan mengharapkan bayi memperhatikan mereka. Alasan lain juga dikarenakan strang situation adalah teknik yang tidak valid terhadap berbagai budaya, seperti budaya nonbarat.                      Para peneliti mulai mencari metode dimana metode strange situation dapat dilengkapi dengan metode yang lebih bersifat alamiah dan universal. Waters dan Deane mengemukakan metode yang dinamakan Attachment Q-set (AQS) yang meminta ibu atau pengasuh dirumah untuk mengamati anak dan mengurutkan sekelompok kata-kata deskriptif yang paling menggambarkan dan paling tidak menggambarkan perilaku bayi tersebut dan membandingkannya dengan anak yang memiliki prototype kelekatan aman (secure attachment). Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa kecebderungan menggunakan ibu sebagai dasar dari rasa aman bersifat universal, walaupun bentuknya bervariasi. Namun, AQS hanya mengukur derajat kelekatan rasa aman, maka peneliti lebih baik jika melengkapinya dengan metode strange situation untuk mengetahui apakah ada bentuk kelekatan tidak aman atau kelekatan tidak teratur pada anak tersebut.

Peran Temperamen                                                                              berdasarkan penelitian pada bayi berusia 6 hingga 12 bulan, baik sensitivitas ibu maupun temperamen bayi mempengaruhi kelekatan. Dengan demikian, bayi yang lekas marah memiliki kecenderungan untuk dapat menghambat perkembangan kelekatan aman, tetapi tidak terjadi jika ibu dapat mengatasi secara baik temperamen dari bayi tersebut.
Kecemasan Orang Asing dan Kecemasan Perpisahan
         Kecemasan perpisahan (separation anxiety) adalah kesedihkan yang ditunjukkan oleh seseorang saat pengasuhnya pergi. Sedangkan kecemasan orang asing adalah kecemasan terhadap orang dan tempat asing yang ditunjukkan oleh beberapa bayi semasa paruh akhir tahun pertama. Tangisan bayi ketika orang tua meninggalkannya maupun ketika orang asing mendekatinya lebih menunjukkan temperamen dari bayi tersebut daripada menggambarkan pola kelekatannya. Kecemasan perpisahan juga dapat dikarenakan pergantian pola asuh dari pengasuh, maka disarankan bahwa pola pengasuhan haruslah bersifat stabil.

Pengaruh Jangka Panjang kelekatan
         Pada teori kelekatan mengatakan bahwa kelekatan yang aman sepertinya mempengaruhi kompetensi emosional, social, dan kognitif. Semakin dekat kelekatan anak dengan pengasuh maka tampak semakin mudah bagi anak tersebut untuk berinteraksi dan berhubungan baik dengan orang lain. Seseorang anak yang mendapatkan rasa aman dan dapat mempercayai pengasuhnya cenderung memiliki rasa percaya diri yang cukup untuk aktif di dunia mereka. Antara usia 3 dan 5 tahun, mereka juga cenderung memiliki persahabatan yang lebih erat dibandingkan anak dengan kelekatan tidak aman dan keuntungan dari kelekatan aman ini akan terus berlanjut pada anak tersebut.

Transmisi Pola Kelekatan Antargenerasi
         Penelliti menggunakan adult attachment interview (AAI) yang merupakan wawancara semi-terstruktur yang menanyakan orang dewasa untuk mengingat masa lalu mereka yang berhubungan dengan kelekatan pada masa kanak mereka. Penelitian ini menemukan bahwa orang dewasa akan memprediksi rasa aman yang mereka lekatkan pada anak mereka sendiri.
         Orang dewasa yang mengingat pengalaman masa kecil dengan orang tuanya akan mempengaruhi emosional mereka dalam cara memberikan respon kepada anak mereka sendiri. Seorang ibu yang menjalin kelekatan aman dengan ibunya akan mengerti tingkah laku kelekatan bayinya. Ibu yang terikat pada masa lalu mereka cenderung menunjukkan rasa marah dan kekasaran dalam interaksi dengan anak mereka. Sedangkan ibu yang melupakan ingatan masa lalunya akan cenderung bersifat dingin dan tidak responsif terhadap anaknya.

Komunikasi Emosional dengan Pengasuh: Regulasi Timbal Balik
         Bayi memiliki dorongan kuat untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi ini memengaruhi rasa aman dari kelekatan bergantung pada kemampuan baik anak dan pengasuh untuk merespon dengan cepat dan secara sensitive terhadap keadaan mental dan emosional satu sama lain. Hal ini adalah suatu proses yang disbut sebagai Regulasi timbal balik. Bayi menunjukkan interaksinya dengan cara mengirim sinyal perilaku kepada pengasuh dan melihat respon dari pengasuhnya. Regulasi timbal balik ini mengajarkan bayi untuk membaca tingkah laku seseorang dan menyesuaikan ekspetasinya dengan tingkah lakunya.
         Terdapat proses penelitian yang digunakan untuk mengukur regulasi timbal balik pada bayi usia 2 sampai dengan 9 bulan. Proses tersebut disebut dengan “still-face” paradigm. Pada episode ini seorang ibu diminta untuk mengikuti interaksi normal dengan bayi kemudian secara tiba-tiba merubah ekspresinya menjadi kaku dan diam. Setelah beberapa menit kemudian ibu berinteraksi secara normal kembali (proses reuni). Dari proses tersebut didapatkan bahwa cara ibu melihat dan memandang bayinya berpengaruh terhadap respon bayi pada proses “still face” paradigm. Dan bayi dengan orang tua lebih responsif dan sensitif dapat lebih mampu menghibur dan menenangkan dirinya sendiri ketika proses reuni.

         

2 comments: