Pada
umumnya, orang-orang biasanya menggunakan metode perbandingan dan cenderung
membandingkan satu individu dengan individu lainnya pada saat melakukan
perbandingan penilaian kinerja. Namun hal tersebut sering kali menimbulkan
masalah dan mempunyai sedikit sekali manfaat dalam pengembangan karyawan. Maka
dibuatlah metode penilaian kinerja individu yang memiliki standar yang telah
ditentukan untuk menghindari kesalahan.
Ada beberapa
macam bentuk dari metode penilaian kinerja individual, yaitu:
1.
Graphic
Rating Scale
2.
Forced-Choice
Scale
3.
Behavior
Checklist
1. Graphic Rating Scale
• Menilai
sejauh mana derajat perilaku yang diperlihatkan oleh orang yang dinilai
• Derajat
perilaku tersebut ditunjukkan dengan angka, kata sifat, atau kalimat penjelasan
pendek
• Jika
menggunakan angka, skala penilaian ditunjukkan dari angka 1 sampai 5. Dimana
angka 1 menunjukkan nilai terburuk dan angka 5 menunjukkan nilai terbaik
Graphic Rating Scale memiliki bentuk perbaikan yang dinamakan dengan
Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)
a. Behaviorally
Anchored Rating Scale (BARS)
• Mematokkan
angka graphic rating scale dengan perilaku (behavior) tertentu
untuk membantu penilai membuat penilaian
• Patokan
tersebut merupakan perilaku yang diharapkan dari karyawan pada tingkat
pekerjaan tertentu maka BARS terkadang dinamakan dengan behavioral
expectation scale (BES)
• Pengembangan
BARS dimulai dengan Critical Incident oleh Flagan (1954)
Kelebihan:
• Menurut
Benardin dan Smith (1981) metode ini membantu standarisasi pengamat kinerja dan
penilaian kinerja
• Metode
ini berbasis perilaki. Sistem pada BARS benar-benar terfokus pada kinerja
karyawan. Idealnya, menghapus semua ketidakpastian tentang arti dari setiap nilai
numerik.
• Sangat
mudah untuk digunakan. Indikator perilaku yang jelas membuat proses lebih mudah
bagi manajer untuk melaksanakan dan karyawan untuk menerima.
• Adil.
Dengan penekanan pada perilaku, proses evaluasi datang di sebagai adil.
• Ini
sepenuhnya individual. Dari sudut pandang konsistensi dalam perusahaan, BARS
dirancang dan diterapkan secara individual dan unik untuk setiap posisi.
• Ini
berorientasi pada tindakan. Dengan pemahaman tentang harapan kinerja yang
spesifik dan standar keunggulan, karyawan dapat lebih mudah mengambil
langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja mereka, dan mereka lebih cenderung
untuk melakukannya sebagai hasilnya.
Kekurangan:
- · Proses menciptakan dan menerapkan BARS memakan waktu, sulit, dan mahal. Setiap bentuk BARS harus dibuat dari awal untuk setiap posisi dalam perusahaan.
- · Kadang-kadang perilaku terdaftar masih tidak mencakup tindakan tertentu yang diperlukan dari karyawan, sehingga manajer dapat mengalami kesulitan seperti menulis rating.
- · Butuh pemeliharaan tinggi. Pekerjaan dapat berubah seiring waktu, yang berarti bahwa BASs membutuhkan tingkat tinggi pemantauan dan pemeliharaan.
- · Menuntut manajer. Agar berhasil melakukan BARS evaluasi, manajer membutuhkan informasi rinci mengenai tindakan karyawan mereka. Mengumpulkan data tersebut bisa sangat memakan waktu, dan banyak manajer akhirnya membiarkan tahap ini.
2. Forced-Choice Scale
• Mengharuskan
penilai memilih satu dari dua (atau dua dari empat) kalimat yang paling
memberikan penjelasan mengenai orang yang dinilai
3. Behavior Checklist (Daftar Perilaku)
• Mengharuskan
pengamat untuk mencatat, bukan menilai perilaku
• Daftar
perilaku ini memberikan karyawan umpan balik (feedback) apa yang harus
dilakukan utk memperbaiki kinerja mereka
Hallo mbak putri, salam kenal. Artikel mbak sungguh menarik sekali dan sesuai dengan topik penelitian tesis saya tentang behavioural cheklist. kalo boleh, saya minta referensi daftar pustakanya bisa ? terimakasih sebelumnya. Salam, Tri.
ReplyDeletefutamed_tri@yahoo.com / julianto.tri3@gmail.com
Jewell L.N, 1998, Contemporary Industrial Organizational Psychology 3rd Edition, USA : Brooks/Cole Publishing Company
Delete